Perkuat Pemahaman Pendidikan Inklusif, AIDRAN Gelar Capacity Building di Gorontalo

KINIGORONTALO.COM-Sebagai langkah strategis dalam memperkuat pemahaman terkait pendidikan inklusi di Provinsi Gorontalo, kegiatan Capacity Building Move It: Promoting Digital Inclusion to Enhance Access to Quality and Accessible Education for Students with Disabilities in Eastern Indonesia sukses diselenggarakan di tiga wilayah, yakni Kota Gorontalo, Gorontalo Utara, dan Pohuwato pada 17-20 Februari lalu. Kegiatan yang di inisiasi oleh AIDRAN (Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network) ini menghadirkan peserta dari para pendidik, tenaga kependidikan, siswa dengan disabilitas, orang tua siswa dengan disabilitas dan pemangku kepentingan untuk memperdalam pemahaman tentang kebijakan serta praktik baik dalam pendidikan inklusi.

Kegiatan ini melibatkan guru, dosen dan pegiat disabilitas di Gorontalo sebagai fasilitator lokal AIDRAN pada Capacity Building tersebut. Terdapat 9 fasilitator lokal yang disebar pada 3 wilayah dalam kegiatan ini. Sebelum menjadi fasilitator dalam Capacity building, fasilitator lokal telah mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman terkait pendidikan inklusi. Pelatihan bagi fasilitator lokal melibatkan para ahli pendidikan inklusi di tingkat nasional yakni Komisioner Komnas Perempuan, Dosen Psikologi UGM dan Universitas Brawijaya, Dosen Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta, Peneliti, Guru Sekolah Luar Biasa, Ketua Unit Layanan Disabilitas UGM, serta penyandang disabilitas yang juga aktif sebagai peneliti dan dalam organisasi penyandang disabilitas.

Dari sesi diskusi pada Capacity Building di 3 wilayah, peserta membahas berbagai tantangan serta solusi dalam penerapan pendidikan inklusi. Beberapa poin penting yang muncul antara lain menyoroti, perlunya pemahaman lebih mendalam terkait Undang-Undang Disabilitas serta perlindungan anak disabilitas; komitmen pemerintah dan kebijakan sekolah dalam menyesuaikan kurikulum agar lebih inklusif; pentingnya keterlibatan masyarakat, keterbukaan, serta toleransi dalam membangun lingkungan pendidikan yang inklusif; dan perlunya memastikan akses setara terhadap fasilitas pendidikan bagi semua siswa.

“Saya mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif lagi terkait bagaimana mengakomodasi layanan belajar untuk pendidikan inklusif. [Selain itu] menguatkan pemahaman kita bagaimana proses pembelajaran inklusif itu lebih memastikan kebutuhan belajar anak. Diharapkan dengan AIDRAN, kegiatan ini dapat menjadi momentum besar menguatkan kapasitas penyelenggara Pendidikan inklusi dan kapasitas anak dengan disabilitas untuk dapat berkarya lebih baik untuk bangsa”, tutur Bobby A. Gani dari BPMP Provinsi Gorontalo yang juga menjadi peserta dalam Capacity Building di Kota Gorontalo.

Salah satu isu lain yang juga muncul dalam kegiatan ini adalah perlunya peningkatan pelatihan dan bimbingan teknis bagi guru dalam mengajar siswa dengan disabilitas. “Setelah ini kami mengharapkan adanya pelatihan-pelatihan khusus yang diselenggarakan lembaga ini untuk bagaimana guru di Indonesia dapat memahami seutuhnya penanganan disabilitas. Melalui kegiatan ini kami dapat memahami bagaimana arah pembelajaran kedepan sehingga kami dapat menentukan bagaimana Solusi, seperti apa masa depan peserta didik dengan disabilitas,” Guru Madrasah Ibtidaiyah Pohuwato.

Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal dalam membangun sistem pendidikan yang lebih inklusif di Gorontalo, memastikan bahwa setiap anak, tanpa terkecuali, memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas.Sebagai langkah strategis dalam memperkuat pemahaman terkait pendidikan inklusi di Provinsi Gorontalo, kegiatan Capacity Building Move It: Promoting Digital Inclusion to Enhance Access to Quality and Accessible Education for Students with Disabilities in Eastern Indonesia sukses diselenggarakan di tiga wilayah, yakni Kota Gorontalo, Gorontalo Utara, dan Pohuwato pada 17-20 Februari lalu. Kegiatan yang di inisiasi oleh AIDRAN (Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network) ini menghadirkan peserta dari para pendidik, tenaga kependidikan, siswa dengan disabilitas, orang tua siswa dengan disabilitas dan pemangku kepentingan untuk memperdalam pemahaman tentang kebijakan serta praktik baik dalam pendidikan inklusi.
Kegiatan ini melibatkan guru, dosen dan pegiat disabilitas di Gorontalo sebagai fasilitator lokal AIDRAN pada Capacity Building tersebut. Terdapat 9 fasilitator lokal yang disebar pada 3 wilayah dalam kegiatan ini. Sebelum menjadi fasilitator dalam Capacity building, fasilitator lokal telah mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan pemahaman terkait pendidikan inklusi. Pelatihan bagi fasilitator lokal melibatkan para ahli pendidikan inklusi di tingkat nasional yakni Komisioner Komnas Perempuan, Dosen Psikologi UGM dan Universitas Brawijaya, Dosen Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta, Peneliti, Guru Sekolah Luar Biasa, Ketua Unit Layanan Disabilitas UGM, serta penyandang disabilitas yang juga aktif sebagai peneliti dan dalam organisasi penyandang disabilitas.
Dari sesi diskusi pada Capacity Building di 3 wilayah, peserta membahas berbagai tantangan serta solusi dalam penerapan pendidikan inklusi. Beberapa poin penting yang muncul antara lain menyoroti, perlunya pemahaman lebih mendalam terkait Undang-Undang Disabilitas serta perlindungan anak disabilitas; komitmen pemerintah dan kebijakan sekolah dalam menyesuaikan kurikulum agar lebih inklusif; pentingnya keterlibatan masyarakat, keterbukaan, serta toleransi dalam membangun lingkungan pendidikan yang inklusif; dan perlunya memastikan akses setara terhadap fasilitas pendidikan bagi semua siswa.

 

Pemberian Materi di Kabupaten Gorontalo Utara oleh Bacharuddin K. Una di hadiri siswa dan guru sekolah di Kabupaten Gorontalo Utara

 

“Saya mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif lagi terkait bagaimana mengakomodasi layanan belajar untuk pendidikan inklusif. [Selain itu] menguatkan pemahaman kita bagaimana proses pembelajaran inklusif itu lebih memastikan kebutuhan belajar anak. Diharapkan dengan AIDRAN, kegiatan ini dapat menjadi momentum besar menguatkan kapasitas penyelenggara Pendidikan inklusi dan kapasitas anak dengan disabilitas untuk dapat berkarya lebih baik untuk bangsa”, tutur Bobby A. Gani dari BPMP Provinsi Gorontalo yang juga menjadi peserta dalam Capacity Building di Kota Gorontalo.
Salah satu isu lain yang juga muncul dalam kegiatan ini adalah perlunya peningkatan pelatihan dan bimbingan teknis bagi guru dalam mengajar siswa dengan disabilitas. “Setelah ini kami mengharapkan adanya pelatihan-pelatihan khusus yang diselenggarakan lembaga ini untuk bagaimana guru di Indonesia dapat memahami seutuhnya penanganan disabilitas. Melalui kegiatan ini kami dapat memahami bagaimana arah pembelajaran kedepan sehingga kami dapat menentukan bagaimana Solusi, seperti apa masa depan peserta didik dengan disabilitas,” Guru Madrasah Ibtidaiyah Pohuwato.
Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal dalam membangun sistem pendidikan yang lebih inklusif di Gorontalo, memastikan bahwa setiap anak, tanpa terkecuali, memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas.