KINIGORONTALO.COM-Gorontalo, 15 Februari 2025 – AIDRAN (Australia-Indonesia Disability Research and Advocacy Network) resmi meluncurkan Proyek MOVE IT 2024: Promoting Digital Inclusion to Enhance Access to Quality and Accessible Education for Students with Disabilities in Eastern Indonesia dalam acara Project Opening yang diselenggarakan di Hotel Aston Gorontalo. Acara ini menandai dimulainya fase kedua dari proyek MOVE IT, yang berfokus pada penguatan kapasitas, advokasi kebijakan, serta peningkatan kesadaran publik terkait pendidikan inklusif berbasis teknologi.
Proyek MOVE IT 2024 merupakan kelanjutan dari fase pertama yang dilakukan pada tahun 2023, di mana AIDRAN telah melakukan penelitian di Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo Utara, dan Kabupaten Pohuwato untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang dalam pendidikan inklusif, termasuk rendahnya literasi digital serta minimnya kebijakan yang mendukung teknologi aksesibel dalam sistem pendidikan.
Ucca Arawindha selaku Indonesia Chair AIDRAN menyatakan bahwa Pendidikan inklusif bukan hanya tentang menyediakan akses bagi siswa dengan disabilitas, tetapi juga memastikan bahwa mereka mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna dan berkualitas.
“Melalui Move It 2024, kami berupaya untuk mengembangkan strategi digitalisasi pendidikan yang dapat memberikan dampak nyata bagi mereka yang selama ini menghadapi berbagai hambatan dalam mendapatkan pendidikan yang layak,” paparnya
Fase kedua dari proyek MOVE IT ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga pendidik, siswa, orang tua, dan pemangku kebijakan dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif berbasis digital. Untuk mencapai tujuan ini, AIDRAN telah mengembangkan dua modul pelatihan, yaitu Panduan Pendidikan Inklusi Berbasis Digital: Gambaran Pendidikan Berbasis Inklusi dan Panduan Implementasi Pendidikan Inklusi Berbasis Digital: Optimalisasi Teknologi Digital untuk Pembelajaran Inklusif.
Acara pembukaan proyek ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan pemerintah daerah, akademisi, organisasi masyarakat, serta fasilitator lokal. Gubernur Provinsi Gorontalo, yang diwakili oleh Dinas Sosial Provinsi Gorontalo, Didi Wahyudi Bago’e dalam sambutannya, mengungkapkan terima kasihnya kepada AIDRAN yang telah menjadikan provinsi Gorontalo sebagai pilot project pendidikan inklusif.
“[Gorontalo] Sebagai Provinsi dengan prevalensi disabilitas tertinggi. Move It, menjadi proyek yang terfokus menyoroti pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran inklusif di gorontalo sehingga tidak adanya kesenjangan akses pendidikan pada disabilitas dan non disabilitas. Pendidikan inklusif bagi penyandang disabilitas menjadi hal yang perlu diperhatikan sebab ini menjadi awal filosofi pendidikan yang menjadi aspek dasar keseluruhan rancangan Pendidikan,” jelasnya.
“Kita ingin melanjutkan program yang sebelumnya di Indonesia timur, bahwa Tidak ada lagi yang kita harapatkan teman2 penyandang disabilitas tidak mendapatkan Pendidikan yang layak,” Jelas Fajri Hidayatullah sebagai Tim Ahli Staf Khusus Menteri bidang Manajemen, Kelembagaan dan Reformasi Birokrasi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI.
MOVE IT 2024 tidak hanya bertujuan untuk melatih tenaga pendidik dan pemangku kebijakan, tetapi juga mendorong advokasi kebijakan serta meningkatkan kesadaran publik mengenai hak pendidikan bagi siswa dengan disabilitas.
Dwi Lestari, Manajer Proyek Move It 2024, menyatakan bahwa proyek ini bertujuan untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih adaptif dan inklusif. Penelitian fase satu menunjukkan bahwa penting untuk meningkatkan pemahaman tentang disabilitas, hak pendidikan bagi penyandang disabilitas, pendidikan inklusif, dan akses teknologi digital bagi siswa dengan disabilitas, guru, tenaga pendidik, orang tua, pendamping, dan pemangku kebijakan.
“Tantangan utama yang dihadapi yakni Rendahnya literasi digital, Keterbatasan akses terhadap Teknologi serta Kurangnya kebijakan pendukung, Belum ada kebijakan yang cukup untuk mendorong pemanfaatan teknologi yang aksesibel dalam sistem pendidikan. Mengatasi tantangan ini penting untuk mewujudkan pendidikan inklusif yang efektif dan memastikan akses pendidikan yang setara bagi semua,” Ungkap Dwi.