ASPIKOM Siap Menjadi Mitra Strategis Pemerintah Dalam Membangun Ekosistem Komunikasi Digital yang Etis dan Cerdas

Jakarta, 18 Oktober 2025 — Pelantikan Pengurus Pusat ASPIKOM Periode 2025–2029 menjadi momentum penting bagi dunia komunikasi Indonesia di tengah percepatan transformasi digital. Dalam sambutannya, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital menyampaikan bahwa Indonesia saat ini berada pada fase krusial perubahan perilaku masyarakat akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat.

“Kita berada di tengah gelombang transformasi digital yang sangat cepat, yang mengubah cara masyarakat berinteraksi, berinformasi, dan mengambil keputusan,” ujar Nezar Patria, Wakil Menteri Kominfo dalam sambutannya pada Pelantikan Pengurus Pusat ASPIKOM Periode 2025–2029.

Data terbaru menunjukkan bahwa Indeks Masyarakat Digital Indonesia 2025 mencapai 44,53, menandakan meningkatnya kecakapan digital warga. Namun, 40% populasi kini bergantung pada media sosial sebagai sumber utama informasi, memperkuat dominasi algoritma dalam membentuk realitas publik. Di sisi lain, Indeks Pembangunan TIK 2024 naik menjadi 6,02, tetapi kesenjangan digital masih nyata karena infrastruktur teknologi lebih terpusat di perkotaan.

Di tengah fenomena ini, muncul tantangan besar bagi dunia akademik dan profesi komunikasi: bagaimana menyiapkan talenta yang tidak hanya menguasai teori komunikasi, tetapi juga fasih membaca data, memahami etika digital, serta adaptif terhadap kecerdasan buatan (AI) dan teknologi baru yang kini menjadi aktor utama komunikasi. ASPIKOM, sebagai asosiasi ilmuwan dan praktisi komunikasi terbesar di Indonesia, menempati posisi strategis untuk menjawab tantangan tersebut melalui kolaborasi riset, kurikulum, dan kebijakan publik berbasis etika digital.

Ketua Umum ASPIKOM 2025–2029, Prof. Anang Sujoko, S.Sos., M.Si., D.COMM,  menegaskan kesiapan organisasi untuk berkolaborasi dengan pemerintah, perguruan tinggi, industri, dan masyarakat dalam membangun arsitektur komunikasi nasional yang cerdas dan beretika, diantaranya membuat urikulum Berbasis Literasi AI Mengintegrasikan etika AI, analisis big data, pemrograman dasar, dan keamanan siber ke dalam pendidikan komunikasi guna mencetak talenta digital yang kompeten dan berdaya saing.

 

ASPIKOM pun siap turut serta dalam upaya percepatan penyusunan standar stika digital Kementerian Komunikasi dan Digital dalam mendorong pembuatan kode etik penggunaan AI di bidang jurnalistik, hubungan masyarakat, dan periklanan, sejalan dengan inisiatif Dewan Pers dan praktik global.

Sebagai asosiasi keilmuan Komunikasi, ASPIKOM tentunya akan berperan menjadi Think Tank Etika Komunikasi Digital yang akan memposisikan diri sebagai pusat kajian dan mitra pemerintah dalam merumuskan kebijakan komunikasi digital yang berlandaskan nilai kemanusiaan dan tanggung jawab sosial.

Wamen Nezar menegaskan bahwa masa depan keilmuan komunikasi bergantung pada kecepatan dan kebijaksanaan dalam merangkul teknologi. Dalam semangat tersebut, ASPIKOM berkomitmen menjadi mitra strategis pemerintah dalam memastikan transformasi digital berjalan secara inklusif, beretika, dan berpihak pada kepentingan publik.

Ketua ASPIKOM menutup dengan tekad:

“ASPIKOM tidak hanya mengurus asosiasi, tetapi turut membentuk arsitektur komunikasi bangsa yang cerdas secara digital dan mulia secara etika.”

Dengan arah baru ini, ASPIKOM siap berperan aktif dalam memperkuat ekosistem komunikasi nasional yang inovatif, berintegritas, dan berorientasi pada kemajuan bangsa.

“Fokus utama kami adalah memperkuat akreditasi, riset kolaboratif, serta pengembangan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan industri dan Masyarakat Indonesia”, tutup Prof Anang