Ramai-ramai Berkontribusi, Bukan Jadi Babi!

Berita, Opini145 Dilihat

 

Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil. (Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera dan Wartawan di FBN)

KINIGORONTALO.COM – Media sosial dapat menjadi wadah untuk pengembangan diri dengan memberikan pengaruh positif. Setiap orang diberikan kesempatan untuk aktualisasi diri dan memberi manfaat kepada orang banyak melalui berita, konten-konten dengan berbagai media atau pun jejaring sosial.

Dewasa ini ramai kabar tentang publik figur yang baru menikah dengan seorang Mu’allaf yang merayakan satu bulan pernikahan, ya, Rizky Febrian dan Mahalini. Putra komedian Sule yang belakangan dijuluki sebagai kelurga “agen mua’llaf” tersebut terus menjadi sorotan publik dengan tingkah mereka. Kali ini dengan kontroversinya.

Beredar kabar bahwa keduanya bangga sebagai pasangan selebriti yang baru menikah dengan membagikan momen perayaan Gucci, sebuah brand pakaian ternama yang dinyatakan boikot oleh banyak negara. Sontak menarik perhatian, bukan lantaran kemewahannya, namun penghargaan keduanya terhadap semangat bangsa khususnya di Indonesia untuk mengusahakan boikot terhadap produk tersebut.

Namun ternyata, pemerintah melalui negara juga mengalami hal yang tidak jauh berbeda, heboh dengan keputusan pemimpin tertinggi negaranya melalui izin kelola tambang untuk ORMAS Keagamaan. Mungkin tidak sampai gaduh, namun sikap kontra dan penolakan dari berbagai pihak terlanjur ramai di berbagai media.

Politik dan hiburan adalah dua dunia yang berbeda, namun pada saat yang sama dapat membawa pengaruh relatif sama khususnya dalam dinamika media. Sebagaimana kontroversi Rizki Febrian yang telah menjadi pintu masuk Islamnya Mahalini, bersikap kontras dengan sikap mereka seiring waktu.

Pemerintah sebagai pemegang kebijakan segala bidang dalam bernegara juga melakukan hal yang sama. Tidak ingin gaduh, namun keputusannya ditolak di mana-mana. Bahkan tidak sedikit dari akademisi keagamaan. Akademisi keagamaan berbeda dengan ORMAS Keagamaan, seorang Nahdliyyin misalnya, akademisi dari ORMAS Keagamaan namun bukan menjadikan lembaga keagamaan sebagai homebase.

Kembali kepada seputar kontroversi, sikap inkonsistensi sebagai manusia sejatinya dapat dipermaklumkan dalam banyak hal. Lalai, lupa, dan alpa dapat saja diterima setidaknya berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar yang tidak diketahui telah dilanggar misalnya. Namun pada hal pengaruh, bisa saja sikap yang diambil yang dilatari contoh tersebut berakibat besar dan pengaruh luar biasa yang tidak dapat dianggap sekedar sepele, seperti kontroversi dalam contoh-contoh di atas.

Maka sudah selayaknya setiap orang memiliki kesempatan aktualisasi diri sekaligus memberi pengaruh (seperti jalur influencer), namun tanggung jawab dan ilmu akan itu tidak untuk diabaikan, bahkan pada kondisi tertentu pengetahuan terhadap hal yang rinci dimutlakkan.

Dengan demikian, pilihan kaidah berikut prinsip dan cara dalam aktualisasi yang mendukung eksistensi serta kemajuan dalam berbagai bidang tidak sekedarnya, namun diiringi pemahaman yang menuntut tanggung jawab, terlebih oleh mereka yang menjadi publik figur bagi masyarakatnya.

Artinya, semua bisa menjadi konten asal dengan pemahaman dan kaidah yang tepat. Atau, pemahaman dan kaidah digunakan secara tepat untuk materi-materi dengan penguasaan yang membawa pengaruh dan bermanfaat. Agar tidak semata kontroversi dan menguntungkan pihak tertentu saja dengan merugikan masyarakat, jangan sampai!