Pantai Botutonuo: sebagai wisata Alam yang Dikelola oleh Masyarakat Lokal dengan menghadapi berbagai tantangan.

KINIGORONTALO-Pantai Botutonuo terletak di Desa Botutonuo, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten
Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, (14/10/2024). Pantai ini dikenal dengan keindahan
alamnya dan telah menjadi destinasi wisata lokal yang cukup populer. Meskipun demikian,
pengelolaan Pantai Botutonuo lebih banyak diinisiasi oleh masyarakat setempat daripada
pemerintah daerah, yang memberikan karakter unik pada pengembangan pariwisata di sana.

AKSES DAN KONDISI JALAN MENUJU PANTAI
Akses menuju Pantai Botutonuo relatif mudah. Wisatawan dapat mencapai lokasi
melalui jalur darat dengan waktu tempuh sekitar 30-45 menit dari Kota Gorontalo. Kondisi
jalan secara umum cukup baik, meskipun terdapat beberapa bagian yang bergelombang. Yang
menarik, untuk mencapai area pantai, pengunjung harus melalui beberapa lorong kecil.
Terdapat sekitar 10 lorong yang menghubungkan area utama dengan berbagai fasilitas wisata
seperti pondok dan warung. Berdasarkan hasil observasi, lorong yang paling dikenal adalah
lorong 4, karena lokasinya yang langsung mengarah ke area pantai, berbeda dengan lorong lain
yang harus melewati jalan di sekitar kebun terlebih dahulu.

PENGELOLAAN WISATA OLEH MASYARAKAT
Pantai Botutonuo merupakan destinasi wisata yang dikelola secara mandiri oleh
masyarakat lokal. Wisata ini lahir dari inisiatif penduduk setempat, yang sejak awal berusaha
mengelola potensi pantai sebagai sumber pendapatan utama. Dalam wawancara dengan
beberapa pemilik pondok di sepanjang pantai, ditemukan bahwa sebagian besar fasilitas yang
ada, seperti pondok-pondok untuk wisatawan, di mana pondok pondok ini sebagian dimiliki
oleh keluarga salah satu keluarga bermarga Hulopi, salah satu keluarga yang berpengaruh di
kawasan ini.

Menurut keterangan Bapak Kamba Hulopi, salah satu pemilik pondok, pondok-pondok
yang disewakan kepada wisatawan dipatok dengan tarif sebesar Rp 50.000 per hari. Selain
pondok, di pantai ini juga terdapat layanan perahu ojek, di mana wisatawan dapat menyewa
perahu dengan biaya sekitar Rp 5.000, tergantung pada lamanya waktu mengelilingi pantai.
Pengemudi perahu ojek akan menyesuaikan durasi perjalanan sesuai dengan minat wisatawan;
jika wisatawan tertarik mengeksplorasi lebih jauh, mereka akan diberikan waktu yang lebih
lama.

TANTANGAN MASYARAKAT PESISIR PANTAI BOTUTONUO
Meskipun demikian, pengelolaan wisata Pantai Botutonuo tidak lepas dari berbagai
macam tantangan. Seperti, Bencana banjir yang di sebabkan oleh curah hujan yang cukup
tinggi sehingga hal ini mengakibatkan berbagai kerusakan parah, termasuk meluapnya sungai
yang membawa lumpur ke pantai, mengubah kondisi tanah, dan membawa sampah dari sungai
ke tepi pantai. Namun, masyarakat setempat tetap tangguh menghadapi situasi ini. Mereka
secara rutin melakukan kegiatan bersih-bersih serta berupaya memaksimalkan fasilitas yang
ada demi kenyamanan wisatawan.

 

Tantangan lain yang dihadapi adalah masalah administratif. Masyarakat mengeluhkan
bahwa nama “Pantai Botutonuo” pernah dicoret oleh pemerintah. Meskipun alasan pencoretan
ini belum jelas, berdasarkan wawancara, hal ini mungkin terkait dengan penolakan masyarakat
terhadap upaya pemerintah yang ingin mengambil alih pengelolaan pantai, terutama saat masa
pandemi COVID-19. Masyarakat menolak karena pantai ini merupakan sumber penghasilan
utama bagi banyak penduduk setempat yang sebagian besar tidak memiliki pekerjaan tetap.

Pantai Botutonuo menjadi contoh nyata bagaimana masyarakat dapat berperan aktif
dalam pengembangan pariwisata. Mereka tidak hanya menunggu bantuan atau inisiatif dari
pemerintah, tetapi secara langsung mengelola potensi alam yang mereka miliki untuk menjadi
sumber penghidupan. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik dari bencana alam
maupun urusan administratif dengan pemerintah, masyarakat Botutonuo tetap bertahan dan
berupaya mengembangkan wisata pantai mereka. YI