KINIGORONTALO.COM – Awal tahun 2025 diwarnai dengan deflasi yang cukup signifikan di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi bulan ke bulan (m-to-m) di Gorontalo tercatat mengalami deflasi sebesar -1,64% pada Januari 2025. Sementara itu, inflasi tahunan (y-on-y) juga turun -1,52% dibandingkan Januari 2024.
Deflasi ini dipicu oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penurunan tajam pada tarif listrik rumah tangga sebesar -11,08% yang memberikan dampak besar terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK). Sektor lain yang turut berkontribusi terhadap penurunan harga adalah transportasi (-0,28%) serta makanan dan minuman (-0,23%).
Namun, apakah deflasi ini menjadi kabar baik atau justru pertanda buruk bagi ekonomi Gorontalo? Beberapa ekonom menilai deflasi dapat menjadi indikasi daya beli masyarakat yang melemah, terutama jika disertai dengan perlambatan ekonomi. Penurunan harga yang terlalu lama bisa memicu kehati-hatian dalam konsumsi dan investasi, yang berpotensi memperlambat pertumbuhan ekonomi daerah.
Di sisi lain, deflasi bisa menjadi peluang bagi masyarakat untuk menikmati harga kebutuhan pokok yang lebih terjangkau. Tetapi apakah ini cukup untuk mendorong kesejahteraan jangka panjang?
Sementara itu, sektor ekspor Gorontalo justru menunjukkan tren positif. Pada Desember 2024, nilai ekspor mencapai US$5,28 juta, meningkat 19,12% dibanding bulan sebelumnya. Kayu dan barang dari kayu menjadi komoditas ekspor terbesar dengan tujuan utama Korea Selatan dan Jepang.
Dengan dinamika ekonomi seperti ini, pemerintah daerah dan pelaku usaha dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana menjaga stabilitas harga tanpa mengorbankan daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi?